Kabupaten Situbondo terletak di daerah pesisir utara pulau Jawa Provinsi Jawa Timur, di daerah Tapal Kuda dan dikelilingi oleh perkebunan tebu, tembakau, hutan lindung Baluran dan lokasi perjuangan perikanan. melaluiataubersamaini letak dan posisinya yang strategis, di tengah jalur transportasi darat Jawa-Bali, acara perekonomiannya tampak aktif. Situbondo memiliki pelabuhan Panarukan yang populer sebagai ujung timur dari Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan di pulau Jawa yang dibangun oleh Daendels pada kurun kolonial Belanda.
Peta Kabupaten Situbondo
Pada mulanya nama Kabupaten Situbondo yaitu kabupaten Panarukan dengan ibukota Situbondo, sehingga pada masa pemerintahan Belanda oleh Gubernur Jendral Daendels (± th 1808 - 1811) yang membangun jalan dengan kerja paksa sepanjang pantai utara pulau Jawa dikenal dengan sebutan 'Jalan Anyer - Panarukan' atau dikenal dengan Jalan Daendels, kemudian seiring waktu berjalan barulah pada masa Pemerintahan Bupati Achmad Tahir (± th 1972) diubah menjadi Kabupaten Situbondo dengan ibukota Situbondo menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor. 28 / 1972 tentang Perubahan Nama dan Pemindahan Tempat Kedudukan Pemerintah Daerah.
Konon, Situbondo pada zaman lampau ialah suatu situ atau danau besar. Pada zaman kejayaan kerajaan-kerajaan Jawa, Situbondo ialah bab dari konflik-konflik perebutan wilayah dan kekuasaan kerajaan Majapahit dengan kerajaan Blambangan, dan di daerah inilah diyakini perang Paregreg sebagai bab dari kehancuran Majapahit terjadi.
Penduduk Situbondo berasal dari bermacam-macam suku, secara umum dikuasai berasal dari suku Jawa dan suku Madura. Pada tahun 1950 hingga 1970-an, kehidupan perekonomian kebanyakan ditunjang oleh industri gula dengan adanya 6 perkebunan dan pabrik gula di sekelilingnya, yaitu di Asembagus, Panji, Olean, Wringin Anom, Demas, dan Prajekan. melaluiataubersamaini surutnya industri gula pada tahun 1980 dan 1990-an, acara perekonomian bergeser ke arah perjuangan perikanan. Usaha pembibitan dan pembemasukan udang menjadi referensi masyarakat.
Mangga manalagi, gadung, dan arumanis dari Situbondo sangat populer dan banyak dicari oleh penggemar buah. Sampai ketika ini potensi ekonomi dari perkebunan mangga tersebut masih ditangani secara industri rumah tangga, belum dalam skala industri perkebunan.