Kota Sawahlunto ialah salah satu kota di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota yang terletak 95 km sebelah timur maritim kota Padang ini, dikelilingi oleh 3 kabupaten di Sumatera Barat, yaitu kabupaten Tanah Datar, kabupaten Solok, dan kabupaten Sijunjung. Kota Sawahlunto mempunyai luas 273,45 km² yang terdiri dari 4 kecamatan dengan jumlah penduduk lebih dari 54.000 jiwa. Pada masa pemerintah Hindia Belanda, kota Spertamaunto dikenal sebagai kota tambang kerikil bara. Kota ini sempat mati, setelah penambangan kerikil bara dihentikan.
Sawahlunto
Saat ini kota Sawahlunto menjelma kota wisata bau tanah yang multi etnik, sehingga menjadi salah satu kota bau tanah terbaik di Indonesia. Di kota yang didirikan pada tahun 1888 ini, banyak berdiri bangunan-bangunan bau tanah peninggalan Belanda. Sebagian sudah diputuskan sebagai cagar budaya oleh pemerintah setempat dalam rangka mendorong pariwisata dan mencanangkan Sawahlunto menjadi "Kota Wisata Tambang yang Berbudaya".
Kota Sawahlunto terletak di daerah dataran tinggi yang ialah bab dari Bukit Barisan dan mempunyai luas 273,45 km². Dari luas tersebut, lebih dari 26,5% atau sekitar 72,47 km² ialah daerah perbukitan yang ditutupi hutan lindung. Penggunaan tanah yang mayoritas di kota ini ialah perkebunan sekitar 34%, dan danau yang terbentuk dari bekas galian tambang kerikil bara sekitar 0,2%.
Kota Sawahlunto mempunyai banyak bangunan-bangunan bau tanah peninggalan Belanda. Sebagian bangunan sudah diputuskan oleh pemerintah setempat sebagai cagar budaya dan objek wisata, salah satunya ialah Gedung Pusat Kebudayaan Sawahlunto. Bangunan bau tanah lainnya ialah Kantor PT Bukit Asam Unit Pertambangan Ombilin yang dibangun pada tahun 1916. Bangunan ini mempunyai menara pada bab tengah dan di sekitarnya terdapat taman yang dikenal sebagai Taman Segitiga.
Selain itu, dapur umum yang sebelumnya sanggup memproduksi masakan setiap waktu untuk ribuan pekerja paksa dan stasiun kereta api sebagai tempat dilakukannya acara pengangkutan kerikil bara dijadikan museum pada tahun 2005. Masing-masing dinamakan Museum Gudang Ransum dan Museum Kereta Api Sawahlunto. Sedangkan bangunan sentra pembangkit listrik yang didirikan pada tahun 1894, semenjak tahun 1952 dijadikan masjid dengan nama Masjid Agung Nurul Islam atau dikenal sebagai Masjid Agung Sawahlunto. Masjid ini mempunyai satu kubah besar di tengah yang dikelilingi oleh empat kubah dengan ukuran yang lebih kecil, dan mempunyai menara yang tingginya mencapai 80 meter.
Objek wisata unggulan yang ada di kota ini ialah atraksi wisata tambang, di mana pengunjung sanggup melaksanakan napak tilas pada areal bekas penambangan yang dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Objek wisata ini dinamai Lubang Suro yang diambil dari nama seorang mandor pekerja paksa, Mbah Suro. Tidak jauh dari objek wisata Lubang Suro, didirikan Gedung Info Box yang menyediakan banyak sekali info dan dokumentasi ihwal sejarah pertambangan kerikil bara di kota Sawahlunto.