-->
Bukittinggi
Kota Bukittinggi yaitu kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota ini pernah menjadi ibu kota Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Kota ini juga pernah menjadi ibu kota Provinsi Sumatera dan Provinsi Sumatera Tengah. Bukittinggi pada zaman kolonial Belanda disebut dengan Fort de Kock dan lampaunya dijuluki sebagai Parijs van Sumatra.

Bukittinggi


Kota Bukittinggi terletak pada rangkaian Bukit Barisan yang membujur sepanjang pulau Sumatera, dan dikelilingi oleh dua pegunungan berapi yaitu Gunung Singgalang dan Gunung Marapi. Kota ini berada pada ketinggian 909–941 meter di atas permukaan laut, dan mempunyai hawa cukup sejuk dengan suhu berkisar antara 16.1–24.9 °C. Sementara itu, dari total luas wilayah Kota Bukittinggi dikala ini (25,24 km²), 82,8% sudah diperuntukkan menjadi lahan budidaya, sedangkan sisanya ialah hutan lindung.

Kota ini mempunyai topografi berbukit-bukit dan berlembah, beberapa bukit tersebut tersebar dalam wilayah perkotaan, di antaranya Bukit Ambacang, Bukit Tambun Tulang, Bukit Mandiangin, Bukit Campago, Bukit Kubangankabau, Bukit Pinang Nan Sabatang, Bukit Canggang, Bukit Paninjauan, dan sebagainya. Selain itu, terdapat lembah yang dikenal dengan Ngarai Sianok dengan kedalaman yang bervariasi antara 75–110 m, yang di dasarnya mengalir sebuah sungai yang disebut dengan Batang Masang.

Kota Bukittinggi berada pada posisi strategis Jalur Lintas Sumatera, yang menghubungkan Padang, Medan, dan Palembang, serta berada di antara Padang dan Pekanbaru. Terminal Aur Kuning ialah terminal utama untuk angkutan transportasi darat di kota ini. Sementara untuk transportasi dalam kota, tersedia angkutan kota, taksi, dan bendi (kereta kuda). Berdasarkan catatan Dinas Pekerjaan Umum, seluruh jalan di kota ini panjangnya mencapai 196 km, termasuk jalan negara dan jalan provinsi.

Sebelumnya kota ini dilalui oleh jalur kereta api yang menghubungkan Payakumbuh dan Padang yang dibangun sekitar pertama kala ke-20. Namun pada dekade 1970-an, masukana transportasi ini tidak diaktifkan lagi. Kota ini juga sudah mempunyai masukana transportasi udara non-kelas yang berjulukan Bandar Udara Gadut.

Industri pariwisata ialah salah satu sektor andalan Kota Bukittinggi. Banyaknya objek wisata yang menarikdanunik, menyebabkan kota ini dijuluki sebagai "kota wisata". Pada tahun 2012, jumlah wisatawan mancguagara yang mengunjungi kota ini mencapai 26.629 orang.[35] Saat ini di Bukittinggi terdapat sekitar 60 hotel dan 15 agen perjalanan. Hotel-hotel yang terdapat di Bukittinggi antara lain The Hills, Hotel Pusako, dan Grand Rocky Hotel.

Ngarai Sianok ialah salah satu objek wisata utama. Taman Panorama yang terletak di dalam kota Bukittinggi memungkinkan wisatawan untuk melihat keindahan pemandangan Ngarai Sianok. Di dalam Taman Panorama juga terdapat gua bekas persembunyian tentara Jepang sewaktu Perang Dunia II yang disebut dengan Lubang Japang. Untuk mengunjungi nagari Koto Gadang di bawah ngarai, wisatawan sanggup melalui Janjang Koto Gadang. Jenjang yang mempunyai panjang sekitar 1 km ini, mempunyai desain ibarat Tembok Besar China.

Di Taman Bundo Kanduang terdapat replika Rumah Gadang yang berfungsi sebagai museum kebudayaan Minangkabau. Kebun Binatang Bukittinggi dan Benteng Fort de Kock, dihubungkan oleh jembatan penyeberangan yang disebut Jembatan Limpapeh. Jembatan penyeberangan Limpapeh berada di atas Jalan A. Yani yang ialah jalan utama di Kota Bukittinggi.

Pasar Ateh (Pasar Atas) berada berdekatan dengan Jam Gadang yang ialah sentra keramaian kota. Di Pasar Ateh terdapat banyak penjual kerajinan tangan dan bordir, serta masakan kecil buah tangan khas Sumatera Barat, ibarat keripik sanjai (keripik singkong ala tempat Sanjai di Bukittinggi) yang terbuat dari singkong, karupuak jangek yang dibentuk dari materi kulit sapi atau kerbau, dan karak kaliang, sejenis masakan kecil khas Bukittinggi yang berbentuk ibarat angka 8.


LihatTutupKomentar