Kabupaten Natuna, ialah salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Natuna ialah kepulauan paling utara di selat Karimata. Di sebelah utara, Natuna berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja, di selatan berbatasan dengan Sumatera Selatan dan Jambi, di cuilan barat dengan Singapura, Malaysia, Riau dan di cuilan timur dengan Malaysia Timur dan Kalimantan Barat. Natuna berada pada jalur pelayaran internasional Hongkong, Jepang, Korea dan Taiwan. Kabupaten ini populer dengan penghasil minyak dan gas. Cadangan minyak bumi Natuna diperkirakan mencapai 1. 400.386.470 barel, sedangkan gas bumi 112.356.680.000. barel. Hewan khas Natuna ialah kekah.
Peta Kabupaten Natuna
Berdasarkan kondisi fisiknya, Kabupaten Natuna ialah tanah berbukit dan berpegunungan batu. Dataran rendah dan landai banyak ditemukan di pinggir pantai. Ketinggian wilayah antara kecamatan cukup beragam, yaitu berkisar antara 3 hingga dengan 959 meter dari permukaan maritim dengan kemienteng antara 2 hingga 5 meter. Pada umumnya struktur tanah terdiri dari tanah podsolik merah kuning dari batuan yang tanah dasarnya memiliki materi granit, dan alluvial serta tanah organosol dan gley humus.
Iklim di Kabupaten Natuna ialah tropis berair dengan suhu rata-rata 26 °C dan sangat dipengaruhi oleh perubahan arah angin. Kelembaban udaranya berkisar antara 60% dan 85%. Sedangkan, curah hujannya rata-rata 2.530 mm dengan jumlah hari hujan 110 pertahun. Bulan-bulan yang berair terjadi pada bulan Oktober-Desember dengan kecepatan angin rata-rata 276 km perhari [sic]. Sedangkan, penyinaran mataharinya rata-rata 53%. Cuacanya sering tidak menentu. Hujan disertai angin kencang, angin puting-beliung yang bergemuruh, dan gelombang yang mencapai ketinggian lebih dari tiga meter acapkali terjadi secara tiba-tiba.
Berdasarkan arah angin, masyarakat setempat mengenal adanya 4 musim, yakni: Utara, Timur, Selatan, dan Barat. Musim Utara ditandai oleh angin yang berhembus dari arah timur. Musim ini berjalan selama 4 bulan (November—Februari). Pada ekspresi dominan ini angin berhembus sangat kencang (kecepatannya mencapai 15–30 knots), sehingga maritim bergelombang sepanjang siang dan malam dengan ketinggian 1--3 meter. Masyarakat setempat menggambarkan maritim yang penuh dengan gelombang itu bagaikan “wajah limau purut busuk”. Angin yang bertiup pada ekspresi dominan ini sepertinya tidak spesialuntuk membuat maritim menjadi ganas, tetapi juga membuat rusaknya pepohonan. Batang pohon kelapa menjadi condong ke arah selatan. Kemudian, dedaunan menjadi berbelah-belah. Malahan, daun pohon karet berguguran, sehingga sepertinya menjadi gersang. Musim yang cukup menyeramkan ini oleh mereka disebut juga sebagai “Musim kelabubu sebelah tersingkap”, alasannya ialah ekspresi dominan tersebut disertai dengan hujan sepanjang siang dan malam, sehingga mereka lebih menentukan berbaring dengan kelabubu yang tersingkap sebelah. Oleh alasannya ialah itu, Ibrahim (1997) menyampaikan bahwa pada ekspresi dominan utara masyarakat masyarakat Natuna betul-betul mengalami kesusahan untuk melaksanakan pekerjaannya. Untuk itu, jauh-jauh hari mereka sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk menghadapinya, seperti: kayu bakar, beras, lauk-pauk (ikan asin), dan keperluan dapur lainnya.
Musim Timur ditandai oleh angin yang berhembus dari arah timur. Musim ini juga berjalan selama 4 bulan (Maret—Juni). Kecepatan anginnya rata-rata spesialuntuk 12 knots. Hujan yang lebat jarang terjadi. Adakalanya hujan disertai dengan gerah. Matahari agak bebas menyinari maritim dan daratan, sehingga gerahnya cukup menyengat. Panas yang demikian, oleh masyarakat setempat disebut sebagai ngek-ngek atau lak-lak (rasanya tidak menentu). Namun demikian, maritim masih tampak bergelombang sehingga agak susah untuk mendapat ikan.
Musim Selatan ditandai oleh angin yang berhembus dari arah selatan. Musim yang berlangsung selama 2 bulan (Juli—Agustus) ini kecepatan anginnya rata-rata 8--20 knots. Pada ekspresi dominan ini matahari sanggup bersinar bebas sehingga gerahnya sangat menyengat. Keadaan yang demikian oleh masyarakat setempat diibaratkan sebagai “uap neraka”. Keadaan maritim masih tetap bergelombang, bahkan adakalanya sanggup mencapai lebih dari 3 meter.
Musim Barat yang ditandai oleh angin yang berhembus dari arah barat juga berlangsung selama 2 bulan (September—Oktober). Ciri dari ekspresi dominan ini ialah antara gerah dan hujan saling berganti. Oleh alasannya ialah itu, permukaan maritim adakalanya bagaikan “air dalam talam” (tenang dan teduh), tetapi adakalanya menyeramkan alasannya ialah gelombangnya sanggup mencapai 3 meter lebih. Celakanya, gelombang tersebut sering terjadi secara tiba-tiba sehingga tidak memdiberi peluang bagi para nelayan untuk menepikan perahunya.